14/12/09

Pecel pedasku....


Saya sebetulnya hanya ingin menikmati suasana minggu pagi dengan santai, ingin sekali sambil jalan saya bisa memfoto-foto bangunan kuno yang ada di tenga kota Surabaya ini.
Pagi itu saya sengaja bersepeda motor dengan harapan bisa menikmati suasana minggu dengan santai, sebab biasanya minggu pagi enak kalau jalan kita memakai sepeda atau sepeda motor, karena jalanan terasa sepi dan bisa dengan pelan menyusuri jalan-jalan dengan seperti yang kita mau.
Dari seputar air mancur perempatan jalan Gubernur Suryo sepeda saya arahkan ke selatan dengan tujuan ke jalan Darmo.
Sampai di perempatan Jalan Darmo dan Jalan Dr. Sutomo, ternyata jalan ditutup untuk pengendara sepeda motor dan mobil, arah ke selatan dari perempatan tersebut jalan ditutup dan hanya boleh dipergunakan untuk pejalan kaki dan sepeda onthel.Karena jalan ditutup dan saya memakai sepeda motor terpaksa kendaraan saya parkir dan saya menyusuri jalan ini dengan berjalan kaki dan menikmati jalan DR. Sutomo ini tanpa takut akan ditabrak kendaraan yang biasanya padat merayap melintasi jalan ini.
Selesai menikmati jalan-jalan pagi dan memotret beberapa bangunan kuno disana, saya kembali bersepada dan inginnya melintasi jalan Pandegiling dengan harapan saya dapat hunting bangunan-bangunan kuno yang ada.
Namun dasar dari rumah belum sarapan dan ketika melihat ada warung pecel yang saat itu kelihatan ramai pembeli, maka sayapun langsung merapat dan berhe ti didepan warung pecel ini. Saya pesan satu porsi pecel memakai daun [godong] pisang tidak pakai piring seperti pembeli-pembeli yang lain.
Setelah saya disuguhi pecel, langsung saya santap dan pada sendok pertama langsung mulut ini merasakan pedas dari pecel yang saya nikmati ini.
Baru kali ini saya menikmati makanan berbetuk pecel yang rasa pedasnya sangat mendominasi makanan ini. wah..... kalo pedes yang sedang-sedang saja tidak apa-apa, mungkin mulut ini bisa menerima, tapi pecel yang ini...wah, ampun......
Sehingga karena saya sudah kadung menikmati yang mau tak mau harus saya makan, meskipun akhirnya saya kalah juga, karena belum sampai pecel ini habis, saya terpaksa menyelsaikan pecel ini dengan menaruh sisa pecel ini di meja.
Setelah selesai saya menikmati pecel yang benar-benar pedas ini saya langsung ngacir, sebab saya btak ingin perut ini ada masalah dengan sudah masuknya bahan pedas ke perut saya, karena belum ada benda apapun yang sudah masuk sebelum menyantap pecel ini.
Tapi bagi temen-temen yang suka makanan pecel dan tentu dengan cita rasa pedas, bolehlah mencicipi pecel mBok Djoyo ini yang terletak di Jl. Pandegiling, baik mencicipi dengan tempat piring atau kalau ingin sensasi yang berbeda, temen bisa menggunakan daun pisang yang juga sudah disediakan disana, dan kalo ingin minumya gratis temen bisa ambil minum yang juga sudah disediakan disana, cuma ya teh hangat tawar tanpa gula.

1 komentar:

  1. ngomong2 soal pedes.... di kota Slawi- tegal, ada sega macan pak.

    pak eko bisa tebak ..kenapa disebut sega macan, bukan sega kucing, opo sega bebek..?

    BalasHapus